Rabu, 23 Desember 2009

Pengalaman Baru ...

Sebuah pengalaman baru, memoriku baru menyimpan pengalaman baru ..., menerjang batu2 cadas diantara aliran sungai dengan perahu karet ..., perahuku licin dan elastis ... , peganganku harus kuat, dan fikiran serta hati harus tenang .., jika tidak semua teamku bisa tenggelam karena perahuku terbalik ... dan tubuh bisa hanyut mengikuti aliran deras serta benturan yang mungkin menyakitkan karena batu2 hitam yang cadas dan tak beraturan ...., mungkin inilah pengalaman yang dapat memberikan hikmah bagiku ..., dimana keberanian, keyakinan, ketenangan dan kekompakkan, saling mengingatkan, tunduk instruksi dan keinginan selalu maju kedepan, awas terhadap semua ancaman dan akhirnya kesuksesan yang diraih dengan banyak usaha dan pengorbanan ... trimakasih ya Allah aku tlah kau sempatkan mengarungi arusmu yang deras di sungai "Songa - Probolinggo" hanya karenamu takdir ini ...

Jumat, 04 Desember 2009

Ikhlas Yang Sesungguhnya

Soul's Bread “Si Tukang Kayu dan Rumahnya”

Si Tukang Kayu dan Rumahnya Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.
Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya.
Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya.Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia Cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta.Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.
Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. "Ini adalah rumahmu,"
katanya, "hadiah dari kami." Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalinya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali.Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini.Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.Pojok Renungan:
"Hidup adalah proyek yang kau kerjakan sendiri".

B163L